3.15.2009

Nitip Dok, buat temen gue

Dok cerita yang ini bukan buat lo, ni buat temen gue, tapi lo juga boleh denger.
Jadi ni buat temen yang spesial banget buat gue, doi selalu nge-support gue.. yach sebenernya sama aja sich yang lain juga ngga kalah hebat, tapi postingan ini spesial buat ngebales supportnya dia.
Sebelumny doi ngasih sms ni ke gue

"ada 1 orang temen yang baru kukenal.. Ia biasssa, orang yang tidak istimewa. Bukan seorannng yanng terkesan allim atau sholehah.
ernah suatu waktu ketika dia bercerita tentang masa lalunya yang rumit dan hancur! Tapi raut wajahnya tetap tenang.
Dari pertama hingga saat ini kukenal dia, kuamati sikap dan pemikirannya, kucari celanya, tapi ia seolah tanpa cela,hatinya selapang samudera, selembut kapas, pemikirannya dewasa. Kuamati, akhirnya aku tau mengapa ia begitu ringan menjalani hidupnya, kaena ia selalu berusaha istiqmah mengingat-Nya, shalat malam kawan..
hh.. sungguh aku begitu malu!
sseringkai aku tak bersyukur atas apa yang kumiliki sekarang.. Masalahh kecil saja terasa sangat berat bagiku.
Ketika kutengok tahajudku.. uh, ia begitu kering!
Jiwa kuat takkan bertahan lama jika ruhanimu ringkih kawan, ingatkah apa kata-Nya?
'Bersyukurlah mka akan Ku tambah nikmatmu' Luar biasa!!
Bagaimana tahajudmu? Bagaimana ibadah-ibadahmu? Dan bagaimana syukurmu sahabat?
'fabiayyi ala irobbikuma tukadziban..' Wallahualam"

5 sms doi kirimin ke gue subuh-subuh. Oke Dok ni jawaban gue:
Sebenernya aku malu sama kalian tim manajemen mentoring. Aku ngasih semangat, ngasih bimbingan, ngemenej program ini.. padahal akku sendiri masih perlu banyak bimbingan, manajemen diri sendiri aja ancur.
Beberapa waktu ini akku merasakan haus yang kkuaar biasa, haus akan prestasi. Aku ingin merasakan kembali adrenalinku berpacu, aku ingin merasakan bersusah payah, aku ingin berdiri di sebuah panggung pencapaian. Kalah atopun menang pada akhirnya tidak jadi masalah, yang penting bisa berusaha mengeluarkan semua yang aku bisa.
Tapi dimana panggung itu?
Di kampus, aku udah ngga punya feel lagi di sana, makanya ketika di KAKA-rumah keduaku- aku dikasih amanah mentoring juga eksklusix, aku langsung membayangkan berbagai expectasi pencapaian. Tapi ternyata aku sudah terlalu jauh melangkah ke jalan yang tak kukenal, aku bahkan seolah menolak keindahan islam kemballi bersemi mewarnai hidupku. Ngga usah jauh klo aku mau liat contoh. Mamah aku, adalah oranng yang ngga pernah rela melewati satu malam tanpa qiyamulail dan pagi tanpa dhuha. Padahal, bukannya sombong, semua itu berawal dari aku gabung ke DRI, stel MQ tiap hari, beli buku-buku agama dan laen-laen. Sekaranng malah aku yang ngga bisa nentuin arah.
Aku ngejalanin mentoring dengan niat salah, hanya mengejar ambisi pribadi, bukan mencari ridho Allah.
Maaf

Label:

1 Komentar:

Blogger ino's blog mengatakan...

med gw yakin lo bisa...pasti bisa...
hati gw ancur ketika tau lo, inspirator gw selama ini...meranggas bagai daun kering...

langit memang tak selalu biru med,tp awan adalah penghias...
gw yakin banyak sahabat lo yang peduli akan lo,
gw seneng jika lo dah sadar...

17 Maret 2009 pukul 22.17  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda